Halaman Aktif

Selamat Datang

Belajar Pertanian Terpadu merupakan blog baru untuk mendukung pembelajaran blended learning mata kuliah Pertanian Terpadu bagi mahasiswa Faperta Undana. Blog sedang dalam pembuatan sehingga belum dapat menyediakan layanan secara penuh. Silahkan berkunjung kembali untuk memperoleh informasi mengenai fitur layanan dukungan pembelajaran yang diberikan melalui blog ini. Mohon berkenan menyampaikan komentar dengan mengklik tautan Post a Comment di bawah setiap tulisan.

Minggu, 16 Oktober 2022

2.3. Usahatani Terpadu dalam Konteks Pembangunan Pertanian dan Pertanian Berkelanjutan

Pada materi 2.2 kita sudah mendiskusikan mengenai kerangka kerja untuk merencanakan dan menentukani kinerja dan keberlanjutan usahatani terpadu. Kita sudah mendiskusikan tiga kerangka kerja yang relevan dengan konteks usahatani terpadu di Indonesia, khususnya di Nusa Tenggara Timur. Selain ketiga kerangka kerja tersebut, sebenarnya masih terdapat kerangka kerja lainnya, antara lain kerangka kerja jejak kaki ekologis (ecological footprint framework). Setelah memahami kerangangka kerja kinerja dan keberlanjutan usahatani berkelanjutan tersebut, pada materi kuliah ini kita lanjutkan mendiskusikan kaitannya dengan pembangunan pertanian yang terjadi sampai saat ini, di seluruh dunia maupun di Indonesia. Kita diskusikan masalah yang timbul dari pembangunan pertanian yang telah dilakukan sampai saat ini dan hal yang perlu kita lakukan untuk mewujudkan pertanian berkelanjutan yang selama ini sering digaungkan tetapi masih jauh dari harapan.


2.1.1. MATERI KULIAH

2.1.1.1. Membaca Materi Kuliah
Pembangunan Pertanian
Pada materi-materi sebelumnya kita sudah mendiskusikan apa itu usahatani berkelanjutan dan bagaimana merencanakan dan melaksanakannya. Namun kenyataannya, usahatani yang berkembang sampai sejauh ini ternyata masih jauh dari terpadu. Malahan, yang justru semakin berkembang adalah usahatani industri (industrial agriculture), yaitu bentuk usahatani yang ditandai dengan industrialisasi proses produksi jenis tanaman atau hewan ternak tertentu yang padat teknologi dan modal untuk mencapai efisiensi ekonomi, penciptaan pasar dan pola konsumsi baru, penguasaan sumberdaya genetik melalui paten, dan dominansi perdagangan global. Aspek ekologi dan lingkungan hidup yang seharusnya menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari usahatani, sebagaimana telah kita bahas pada materi-materi sebelumnya, tidak pernah mendapat perhatian secara serius. Perkembangan ke arah pertanian industri ini tidak hanya terjadi di negara-negara maju, melainkan juga di negara-negara sedang berkembang, termasuk di Indonesia.

Perkembangan pertanian industri berjalan beriringan dengan revolusi industri. Sebagaimana kita ketahui, sampai pada saat ini revokusi industri (industrial revolutions) terdiri atas revolusi industri pertama (Industry 1.0), kedua (Industry 2.0), ketiga (Industry 3.0), dan keempat (Industry 4.0). Industry 1.0 dimulai pada 1765  ditandai dengan penggunaan mesin yang digerakkan dengan bahan bakar batu bara, Industry 2.0 dimulai pada 1870 ditandai dengan penggunaan mesin yang digerakkan dengan bahan bakar minyak dan gas serta tenaga listrik, Industry 3.0 dimulai pada 1969 ditandai dengan penggunaan teknologi informasi dan komunikasi yang digerakkan dengan menggunakan berbagai sumber energi, dan Industry 4.0 yang ditandai dengan penggunaan kecerdasaran buatan (artificial inteligence) dan Internet of Things (IoT) tetapi belum disepakati kapan mulainya. 

Seiring dengan perkembangan revolusi industri tersebut, pertanian juga mengalami revolusi (agricultural revolution) dari revolusi pertanian pertama, kedua, ketiga, dan keempat. Revolusi pertanian pertama terjadi ketika manusia mengalami perubahan penghidupan dari berburu dan mengumpul menjadi bercocok tanam secara menetap, revolusi pertanian kedua terjadi setelah terjadinya revolusi industri pertama yang ditandai dengan mekanisasi pertanian, dan revolusi pertanian ketiga terjadi dengan meningkatnya penggunaan benih unggul, pupuk, dan pestisida, serta globalisasi pertanian, yang dikenal sebagai revolusi hijau (green revolution), untuk meningkatkan produksi pertanian guna memenuhi kebutuhan yang semakin meningkat seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk. Revolusi pertanian keempat yang diharapkan terjadi, ternyata terbelah antara paradigma yang mengembalikan pertanian menjadi lebih bernuansa ekologis (ecological farming, ecological agriculture) dan lebih bersahabat dengan lingkungan  (environmentally friendly agriculture) di satu pihak dan paradigma pertanian yang berorientasi digital (digital farming) dan kecerdasan buatan (precision agriculture, smart farming) di pihak lain.

Mana di antara kedua paradigma yang akan menjadi kenyataan, masih belum dapat kita tentukan sekarang. Paradigma mengembalikan paradigma yang mengembalikan pertanian menjadi lebih bernuansa ekologis dan lebih bersahabat dengan lingkungan kini telah menjadi gerakan akar rumput (grass-root movements), tetapi paradigma pertanian pertanian yang berorientasi digital dan kecerdasan buatan lebih sesuai dengan revolusi industri. Kedua paradigma ini kini sedang bertarung dalam menjawab tantangan global masa kini, yaitu memenuhi kebutuhan akan produk pertanian yang terus meningkat seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk global di satu sisi dan keharusan untuk mengatasi dampak dan menyesuaikan diri dengan perubahan iklim global di sisi lain. Pertarungan terjadi bukan hanya dalam arena penyediaan pasokan dan pemenuhan permintaan pasar, melainkan juga dalam arena politik pembangunan, khususnya pembangunan pertanian, baik pada tataran global, nasional, maupun daerah. Sebagai sekedar contoh, coba pikirkan, ke arah paradigma yang mana program Tanam Jagung Panen Sapi berpihak, apakah ke arah paradigma pertama atau ke arah paradigma kedua. Lalu silahkan pikirkan, apakah masih ada ruang bagi usahatani terpadu dalam program TJPS tersebut.

Manfaat dan Masalah yang Timbul
Pertanian industri yang dilahirkan oleh Revolusi Hijau telah memberikan terutama dalam meningkatkan produksi pertanian guna memenuhi kebutuhan penduduk yang terus meningkat seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk global. Dengan meningkatnya produksi pertanian maka harganya menjadi terjangkau oleh konsumen. Ketersediaan dan keterjangkauan harga produk pertanian, terutama produk pangan, merupakan faktor yang sangat penting, karena bukan hanya bernuansa ekonomi, melainkan juga bernuansa politik. Nuansa politik itulah yang menyebabkan mengapa misalnya pemerintahan Orde Baru berusaha dengan segala cara untuk mewujudkan swasembada pangan, mencakup intensifikasi pertanian dengan memberikan subdisi besar-besaran terhadap harga pupuk dan pestisida dan ekstensifikasi pertanian dengan cara mengubah hutan gambut di Pulau Kalimantan untuk menjadi areal persawahan. Usaha yang sama juga masih terus dilakukan oleh pemerintahan selanjutnya, termasuk pemerintahan saat ini, dengan membuat apa yang disebut food estate, sampai pada areal yang sebenarnya kurang sesuai untuk mengembangkan pertanian intensif, dengan jargon pangan melimpah, harga lebih murah.

Pangan melimpah dengan harga yang lebih murah memang merupakan dambaan bagi semua pihak. Apalagi diiringi dengan jaringan pemasaran yang semakin dikuasai oleh mini market yang nyaman, pasti semakin banyak yang merasa senang karena tidak perlu berbelanja ke pasar-pasar tradisional yang kumuh dan bau. Seiring dengan itu, terjadi peningkatan pertumbuhan ekonomi pada semua tataran, mulai dari tataran produksi, pengolahan hasil, pemasaran, sampai konsumsi. Pada tataran produksi, perusahaan sarana produksi diberi akses bukan hanya menjual produk, tetapi juga melakukan penyuluhan pertanian sehingga memungkinkan mereka bukan hanya menjual produk, melainkan mengubah perilaku petani untuk semakin banyak menggunakan produk mereka. Petani senang karena mereka dapat membeli sarana produksi di tempat, perusahaan senang karena produknya laku keras, dan pengamat yang kurang memahami permasalahan pertanian secara utuh, langsung berkomentar bahwa saat ini pertanian sudah semakin maju karena petani dari desa terpencil sekalipun sudah tahu segala macam jenis pupuk dan jenis petisida yang belum tentu diketahui oleh kalangan dosen dan mahasiswa pertanian.

Namun selain memberikan manfaat sebagaimana yang diuraikan di atas, pertanian industri juga menimbulkan banyak masalah. Pertanian industri memerlukan air, energi, dan sarana produksi dalam jumlah besar sehingga menimbulkan masalah pengurangan cadangan air, energi, dan bahan baku (resource depletion) dan masalah degradasi lahan (land degradation), kontaminasi dan pencemaran tanah (soil contamination and pollution), pencemaran air (water polluiton), pencemaran udara (air pollution), dan penipisan lapisan ozon (ozone depletion). Berbagai bentuk kerusakan dan pencemaran lingkungan ini telah menimbulkan dampak lanjutan secara fisiki-kimia, hayati, sosial-ekonomi, sosial-politik, dan sosial-budaya. Dampak fisik-kimia dan hayati mencakup antara lain erosi tanah (soil erosion), tanah longsor (landslide), kerusakan struktur tanah (soil structure decline), kontaminasi tanah oleh ressidu pestisida (pesricide soil contamination), kontaminasi produk pertanian oleh residu pestisida (pesticide residues in food), biomagnifikasi (biomagnification), sampai binasanya musuh alami hama dan terjadinya resistensi hama terhadap pestisida (pest resistance) yang kemudian menimbulkan masalah ledakan hama (pest aoubreak) sehingga menginspirasi seorang penulis, Rachel Carson, menulis buku berjudul Silent Spring yang mengisahkan mengenai musim semi yang sepi karena terbunuhnya beaneka jenis margasatwa yang biasanya meramaikan alam pertanian dengan kicauannya. Dampak sosial-ekonomi antara lain menjadikan masyarakat petani terlalu bergantung pada pihak luar, dampak sosial-politik antara lain semakin berkuasanya kartel pertanian, dan dampak sosial-budaya antara lain semakin banyak petani yang melupakan tradisi nenek moyang dalam melaksanakan praktik pertanian selaras alas. Kesmua dampak tersebut mengerucut pada semakin meningkatnya kontribusi sektor pertanian terhadap emisi gas rumah kaca (greenhouse gas emission from agriculture, emissions due to agriculture) penyebab terjadinya pemanasan global (global warming) dan perubahan iklim (climate change).

Paradigma Pertanian dan Pertanian Berkelanjutan    
Sebagaimana telah diuraikan pada materi 1.2, berbagai prakarsa telah dilakukan agar pertanian industri yang berparadigma ekstraktif dapat diubah menjadi pertanian yang berparadigma konservasi, positif bersih, sampai regeneratif. Pertanian berparadigma ekstraktif (extractive agriculture) bertujuan untuk mengekstrak nilai dari lingkungan untuk mencapai kemajuan pribadi, keluarga, atau masyarakat dengan berfokus pada memaksimalisasi produksi dengan memanfaatkan segala sumberdaya yang tersedia untuk meningkatkan hasil dan keuntungan ekonomis. Pertanian berparadigma konservasi (conservative agriculture) bertujuan untuk melindungi sumberdaya alam dan mengurangi dampak negatif yang ditimbulkan oleh pertanian terhadap lingkungan hidup, dengan cara mengupayakan agar dapat menjaga produktivitas pertanian tetap tinggi, tetapi disertai dengan mengadopsi praktik produksi yang didasarkan pada proses alami. Pertanian dengan paradigma konservasi merupakan paradigma pertanian yang berupaya mengurangi dampak yang ditimbulkan oleh pertanian berparadigma pertanian ekstraktif yang didasari oleh revolusi hijau dan didukung oleh revolusi industri pertama sampai ketiga.

Pertanian berparadigma positif bersih (net-positive agriculture), daripada mengkonservasi sumberdaya alam dan mengurangi praktik pertanian yang berbahaya terhadap alam, bertujuan untuk melakukan hal-hal yang baik terhadap alam, yaitu dengan cara memperbaiki kualitas dan fungsi ekosistem yang diharapkan pada akhirnya dapat mengembalikan agroekosistem menjadi sehat kembali dengan cara memperbaiki tanah, memperbaiki daur air, dan meningkatkan keanekaragaman hayati pertanian sehingga kecukupan bukan hanya untuk manusia tetapi untuk semua mahluk hidup, berfokus lebih pada making life “thrive” instead of simply “survive.” Pertanian berparadigma regeneratif (regeneratif agriculture) memandang setiap usahatani dalam konteks kontribusinya kepada hubungan timbal balik dengan aliran kehidupan (lifeshed) di mana usahatani yang bersangkutan menjadi bagian, dengan menggunakan perkembangan pertanian dan sejarah manusia di masa lampau sebagai dasar untuk sejarah genetika yang hidup, dengan kultivar tanaman yang unik sebagai narasi variabilitas iklim, perpindahan manusia, dan evolusi kuliner-budaya.

Berbagai model pertanian alternatif sudah dikembangkan untuk setiap paradigma pertanian sebagaimana yang telah disebutkan di atas. Pertanian organik (organic farming) dan pertanian cerdas iklim (climate-smart agriculture) merupakan model pertanian alternatif berparadigma pertanian konservasi. Permakultur (permaculture), pertanian restorasi (restoration agriculture), agroekologi (agroecology), dan pertanian karbon (carbon farming) merupakan model pertanian alternatif berparadigma positif bersih. Pertanian yang menunjang kehidupan masyarakat asli (indigeneous agriculture) merupakan model pertanian alternatif berparadigma regeneratif. Di antara model pertanian alternatif tersebut, ada yang berfokus sebagai ilmu, praktik di lapangan, atau gerakan. Namun model pertanian alternatif tersebut pada umumnya bergerak sendiri-sendiri, cenderung mempromosikan keunggulan masing-masing, daripada menggunakan keunggulan masing-masing untuk menutupi kelemahan yang lainnya dalam mempromosikan satu paradigma pertanian yang baru dalam menghadapi paradigma pertanian yang basis teknologi digital (digital farming) dan kecerdasan buatan (precision agriculturesmart farming) sebagai paradigma tandingannya.

Setelah mendiskusikan paradigma pertanian sebagaimana di atas, lalu pertanian berkelanjutan itu sebenarnya apa? Merujuk kepada formulasi UNESCO mengenai keberlanjutan (sustainability) dan pembangunan berkelanjutan (sustainable development), pertanian berkelanjutan (sustainable agriculture) perlu dipandang sebagai pembangunan berkelanjutan pada sektor pertanian sebagai berbagai cara yang dapat digunakan dan jalur yang dapat dilaui untuk mencapai keberlanjutan sebagai sasaran jangka panjang. Keberlanjutan sebagai sasaran jangka panjang merupakan sasaran kemasyarakatan untuk memungkinkan manusia dapat hidup di planet bumi selama mungkin. Karena merupakan sasaran kemasyarakatan maka konsep keberlanjutan mempunyai pengertian yang berubah seiring dengan perubahan waktu dan tantangan besar yang dihadapi oleh masyarakat, tetapi kini pengertian keberlanjutan didasarkan pada keseimbangan antara tiga pilar, yaitu pilar lingkungan hidup sebagai pilar terbesar, serta pilar ekonomi dan pilar sosial sebagai dua pilar pendukung. Lingkungan hidup dipandang sebagai pilar terpenting karena saat ini keberadaan manusia di planet bumi telah melampaui banyak batas planet tersebut (planetary boundaries).

Sebagai penerapan pembangunan berkelanjutan pada sektor pertanian, pertanian berkelanjutan merupakan pilihan mengenai cara yang dilakukan dan jalur yang ditempuh untuk mencapai keberlanjutan. Berkaitan dengan cara yang dapat dilakukan, saat ini dua cara yang digunakan paling luas adalah cara pertanian multifungsi (multifunctional agriculture) dan cara layanan ekosistem (ecosystem services). Cara pertanian multifungsi menitik beratkan kepada pendekatan berpusat usahatani (farm-centered approaches) dan mendefinisikan fungsi dalam bentuk keluaran usahatani. Pada pihak lain, cara layanan ekosistem menitik beratkan kepada pertanian sebagai cara untuk memperoleh layanan ekosistem, yang mencakup layanan penyediaan, layanan budaya, layanan pengaturan, dan layanan pendukung. Berkaitan dengan jalan yang dapat ditempuh, dua jalur yang saat ini paling diperdebatkan adalah jalur ekosentrik dan jalur teknosentrik. Jalur ekosentrik menitik beratkan pada upaya membatasi pertumbuhan penduduk sehingga kebutuhannya dapat dipenuhi dari penerapakan model-model pertanian alternatif, sedangkan jalur teknosentrik menitikberatkan pada upaya penerapan teknologi dan perubahan tata kelola pembangunan pertanian ke arah tata kelola yang lebih kolaboratif dan lebih adaptif. Mana di antara kedua cara dan kedua jalur yang akan dipilih, atau memilih kombinasi cara dan jalur, sangat ditentukan oleh sistem politik dan tata kelola pemerintahan dia suatu negara.   

2.1.1.2. Pustaka
Materi kulaih 2.1 ini disiapkan sekedar sebagai pengantar untuk memahami konsep usahatani terpadu. Untuk mendalami materi kuliah 2.1 ini, silahkan baca pustaka sebagai berikut:
Untuk memperoleh pustaka selengkapnya, silahkan klik halaman Pustaka Kuliah dan pilih pustaka dari halaman tersebut untuk diunduh.

2.1.2. PENDALAMAN MATERI KULIAH

2.1.2.1. Mengerjakan Projek Kuliah MBKM
Untuk mempersiapkan mengerjakan melaporkan mengenai pertanian terpadu di lokasi MBKM, silahkan lakukan secara bersama dengan semua mahasiswa di lokasi MBKM yang sama:
  1. Diskusikan kembali dengan sesama mahasiswa di lokasi MBKM yang sama untuk menentukan apakah akan memilih kerangka kerja penghidupan berkelanjutan, kerangka kerja analisis agroekosistem, atau kerangka kerja sistem sosial-ekologis, untuk merencanakan dan/atau mengevaluasi kinerja usahatani terpadu yang telah Anda pilih di lokasi MBKM, disertai dengan alasan memilih kerangka kerja yang bersangkutan.
  2. Setelah memilih tipe usahatani dan kerangka kerja yang akan digunakan untuk merencanakan dan/atau menentukan kinerja dan keberlanjutan usahatani di lokasi MBKM, tentukan apakah akan menggunakan kerangka kerja yang dipilih untuk merencanakan atau untuk mengevaluasi kinerja usahatani terpadu di lokasi MBKM disertai dengan alasan memilih salah satu. 
  3. Setelah memilih salah satu kerangka kerja dan memilih merencanakan atau mengevaluasi, tentukan indikator yang digunakan untuk mengukur kinerja usahatani.
        Selahkan menggunakan jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan 1-3 untuk mengerjakan Laporan Projek Kuliah.

        1.1.2.2. Mendiskusikan dengan Cara Membagikan Materi Kuliah
        Setelah membaca materi kuliah, silahkan bagikan materi kuliah melalui media sosial yang dimiliki disertai dengan mencantumkan status tertentu, misalnya "Saya sekarang sudah tahu bahwa ternyata pengetahuan terdiri atas beberapa macam ... dst." Untuk membagikan lauar klik tombol Beranda dan kemudian klik tombol pembagian memalui media sosial dengan mengklik tombol media sosial yang tertera di sebelah kanan judul materi kuliah. Jika media sosial yang dimiliki tidak tersedia dalam ikon yang ditampilkan, klik ikon paling kanan untuk membuka ikon media sosial lainnya. Materi kuliah dibagikan paling lambat pada Kamus, 6 Oktober 2022 pukul 24.00 WITA dengan cara menjawab pertanyaan pada laporan melaksanakan kuliah.

        2.1.2.3. Mendiskusikan dengan Cara Menyampaikan dan/atau Menanggapi Komentar
        Setelah membaca materi kuliah, silahkan buat minimal satu pertanyaan dan atau komentar mengenai materi kuliah. Buat pertanyaan secara langsung tanpa perlu didahului dengan selamat pagi, selamat siang, dsb., sebab belum tentu akan dibaca pada jam sesuai dengan ucapan selamat yang diberikan. Ketik pertanyaan atau komentar secara singkat tetapi jelas, misalnya "Mohon menjelaskan apakah memperoleh pengetahuan dengan menggunakan pendekatan ilmiah mempunyai kelebihan dan kelemahan". Pertanyaan dan/atau komentar diharapkan ditanggapi oleh mahasiswa lainnya dan setiap mahasiswa wajib menanggapi minimal satu pertanyaan dan/atau komentar yang disampaikan oleh mahasiswa lainnya. Pertanyaan dan/atau komentar maupun tanggapannya disampaikan paling lambat pada Kamus, 6 Oktober 2022 pukul 24.00 WITA dengan cara menjawab pertanyaan pada laporan melaksanakan kuliah.

        2.1.3. ADMINISTRASI PELAKSANAAN KULIAH
        Sebagai pertanggunjawaban adominsitasi bahwa kuliah sudah dilaksanakan, silahkan menandatangani daftar hadir dan memasukkan laporan mengerjakan projek kuliah sebagai berikut:
        1. Menandatangani Daftar Hadir Melaksanakan Kuliah selambat-lambatnya pada Sabtu, 1 Oktober 2022 pukul 24.00 WITA dan setelah menandatangani, silahkan periksa untuk memastikan daftar hadir sudah ditandatangani;
        2. Menyampaikan Laporan Melaksanakan Kuliah selambat-lambatnya pada Kamus, 6 Oktober 2022 pukul 24.00 WITA dan setelah memasukkan, silahkan periksa untuk memastikan laporan sudah masuk.
        Mahasiswa yang tidak mengisi dan menandatangani Daftar Hadir Melaksanakan Kuliah dan tidak menyampaikan Laporan Melaksanakan Kuliah akan ditetapkan sebagai tidak mengikuti perkuliahan.

        ***********
        Hak cipta blog pada: I Wayan Mudita
        Diterbitkan pertama kali pada 28 Agustus 2022, belum pernah diperbarui.

        Creative Commons License
        Hak cipta selurun tulisan pada blog ini dilindungi berdasarkan Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 3.0 Unported License. Silahkan mengutip tulisan dengan merujuk sesuai dengan ketentuan perujukan akademik.



         



        12 komentar:

        1. Coba jelaskan apa intensifikasi pertanian dan ekstensifikasi pertanian ?

          BalasHapus
          Balasan
          1. Intensifikasi pertanian adalah salah satu upaya meningkatkan hasil pertanian atau agraris dengan mengolah lahan yang ada. Sedangkan Ekstensifikasi pertanian adalah upaya meningkatkan hasil pertanian dengan memperluas lahan pertanian

            Hapus
          2. Intensifikasi pertanian merupakan upaya meningkatkan hasil pertanian dengan mengelola lahan yang ada sedangkan Ekstensifikasi pertanian merupakan upaya meningkatkan hasil pertanian dengan memperluas areal lahan

            Hapus
          3. Intensifikasi pertanian adalah pengolahan lahan pertanian yang ada dengan sebaik-baiknya untuk meningkatkan hasil pertanian dengan menggunakan berbagai sarana.Ekstensifikasi Adalah usaha meningkatkan hasil pertanian dengan cara memperluas lahan pertanian baru,misalnya membuka hutan dan semak belukar, daerah sekitar rawa-rawa, dan daerah pertanian yang belum dimanfaatkan.

            Hapus
        2. Jelaskan dampak paradigma pertanian pertanian yang berorientasi digital dan kecerdasan buatan lebih sesuai dengan revolusi industri?

          BalasHapus
        3. apa yang dimaksud dengan pertanian berkelanjutan ?

          BalasHapus
          Balasan
          1. Sistem pertanian Berkelanjutan dapat diartikan sebagai keberhasilan dalam mengelola sumberdaya untuk kepentingan pertanian dalam memenuhi kebutuhan manusia, sekaligus mempertahankan dan meningkatkan kualitas lingkungan serta konservasi sumberdaya alam.

            Hapus
        4. Apa saja program pembangunan pertanian?

          BalasHapus
        5. Jelaskan revolusi pertanian pertama, kedua, ketiga dan keempat

          BalasHapus
          Balasan
          1. Revolusi pertanian pertama terjadi ketika manusia mengalami perubahan penghidupan dari berburu dan mengumpul menjadi bercocok tanam secara menetap.

            Revolusi pertanian kedua terjadi setelah terjadinya revolusi industri pertama yang ditandai dengan mekanisasi pertanian.

            Revolusi pertanian ketiga terjadi dengan meningkatnya penggunaan benih unggul, pupuk, dan pestisida, serta globalisasi pertanian, yang dikenal sebagai revolusi hijau (green revolution), untuk meningkatkan produksi pertanian guna memenuhi kebutuhan yang semakin meningkat seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk.

            Revolusi pertanian keempat yang diharapkan terjadi, ternyata terbelah antara paradigma yang mengembalikan pertanian menjadi lebih bernuansa ekologis (ecological farming, ecological agriculture) dan lebih bersahabat dengan lingkungan (environmentally friendly agriculture) di satu pihak dan paradigma pertanian yang berorientasi digital (digital farming) dan kecerdasan buatan (precision agriculture, smart farming) di pihak lain.

            Hapus
        6. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

          BalasHapus
        7. Penerapakan model-model pertanian alternatif seperti apa ?., Usahatani Terpadu dalam Konteks Pembangunan Pertanian dan Pertanian Berkelanjutan. Dalam jalur teknosentrik menitik beratkan pada upaya penerapan teknologi dan perubahan tata kelola pembangunan pertanian ke arah tata kelola yang lebih kolaboratif dan lebih adaptif.

          BalasHapus